MENGAJARI sambil
BELAJAR!
BELAJAR!
Minggu lalu saya mendapat kunjungan
3 pelatih Aikido asing (manca negara)
yang datang bersamaan.
(Mungkin mereka sudah saling kontak
lebih dulu karena mereka saling kenal
meskipun mereka dari negara yang
berbeda, yaitu Jepang, Amerika, dan
Perancis.)
Mereka datang karena tahu (bukan hanya
dengar) bahwa saya pernah mendapat
petunjuk langsung dari O Sensei Ueshiba
Morihei dan saya berwawasan Aikido luas
(karena saya memahami beberapa aliran
Aikido masa kini juga).
Mereka bertanya:
1. Aikido mana yang terbaik?
2. Bagaimana cara saya belajar Aikido
setelah mendapat petunjuk dari O Sensei?
JAWAB saya:
1. Aikido masa kini dapat dikata baik,
dapat pula dikata kurang baik. Tergantung
orang belajar Aikido untuk apa dan
organisasi Aikido tersebut menjanjikan /
mempromosikan apa dan dapat tidak
mereka memenuhi janji promosi Aikido
mereka.
Sebab ada organisasi yang menyebut
cara mereka asli dan sangat efektif untuk
beladiri, bahkan untuk anak kecil.
Sedangkan para pelatih senior mereka
tidak dapat melakukan gerak dengan baik
dan rasional, apalagi yang sesuai dengan
ajaran O Sensei.
SELA MEREKA:
Ya, kami tahu hal itu. Karena itu kami ke
sini karena sensei (maksud mereka: saya)
tidak berkata atau berpromosi macam-
macam.
2. Setelah mendapat petunjuk O Sensei,
saya mendalami kembali segala aktivitas
saya, termasuk olahraga dan seni beladiri
yang pernah saya pelajari, yaitu kungfu,
tinju, dan pencak, termasuk pengalaman
tarung di ketiga ilmu itu.
Jadi saya belajar tanpa memakai waza
Aikido, apalagi kata O Sensei, orang yang
paham AIKI no DO (the way of AIKI)
tidak perlu belajar waza yang baku atau
hafalan.
Belajar AIKI harus dapat bertindak
seperlunya, sesuai dengan kebutuhan,
dan juga kondisi plus situasi yang ada.
Setelah mencermati ajaran AIKI dari
O Sensei dan pengalaman tarung saya,
saya pikir perkataan O Sensei bahwa
orang yang dibutakan oleh kebagusan
waza, tidak akan mengenal aneka
manfaat AIKI adalah benar.
Karena itu saya, setelah keluar dari segala
ikatan, saya lebih mengajarkan AIKI DO
atau The Way of AIKI sebagai
SHIN-SHIN UNDO (mind and
body sport / exercises).
Mereka bertanya:
Mengapa UNDO tidak BUDO? Mengapa
pilih nama SHINSHIN UNDO?
Jawab saya:
1. Saya bukan ahli BU, jadi sebaiknya
saya mengajar UNDO.
2. Saya kuatir jika fokus pada BU, saya
tidak akan paham manfaat-manfaat lain
dari AIKI.
3. AIKI dan UNDO menurut saya lebih
berguna daripada BUDO dalam
kehidupan jaman sekarang.
4. Dengan UNDO, seseorang juga dapat
melakukan BU (menghentikan / mengatasi
serangan) tanpa proses belajar atau latihan
yang diselimuti pikIran dan cara-cara negatif
yang mengandung tindak kekerasan.
Jadi, tidak seperti dalam AIKIDO, dimana
katame waza baru dipuji pelatih jika lawan
tepuk-tepuk kesakitan atau nage waza
(misalkan: koshi nage) baru dipuji jika
lawan terbanting keras. Meskipun WAZA
AIKIDO dipromosikan sebagai ilmu / teknik
yang lembut, ilmu kasih sayang, atau
lainnya.
Mengenai nama, SHINSHIN UNDO
bukan nama, tetapi jenis latihan yang
saya ajarkan.
Saya lebih suka belajar dan latihan
bersama untuk meraih mutu dan manfaat
latihan atau olahraga yang positif melalui
pemahaman rasional dan ilmiah empat
macam pertanyaan WHAT WHY HOW
WHEN daripada membuat nama atau
organisasi besar tertentu seperti dulu, yaitu
INDONESIA AIKIKAI (1975) - ketika mulai
diminta Hombu-cho, lalu Doshu untuk
merintis Aikido di Indonesia dan diberi tugas
sebagai Representative Aikido World
Headquarters.
Setelah itu, saya diminta mencermati
waza mereka, dan memberi komentar
secara jujur.
Mereka dari aliran Aikido yang berbeda.
Selain itu, pelatih asal Jepang sejak kecil
latihan Kenjutsu dan Kendo. Pelatih asal
Amerika pernah belajar Mix Martial Arts.
Dan pelatih asal Perancis pandai SAVATE.
Gerak serangan mereka cepat dan kuat.
Serangan mereka tidak pakai cara-cara
Aikido.
Reaksi mereka memakai waza dari aneka
macam aliran Aikido.
Ternyata, yang terjadi saat itu, saya bukan
hanya mengajari mereka (para pelatih
Aikido DAN 5) tentang AIKI dan
cara mengkaji ulang gerak dan resiko WAZA
yang dapat diduga lebih dulu,
saya juga belajar lebih banyak tentang
sebab-sebab resiko WAZA saat dipakai
sebagai SHIN BU (Real BU) seperti yang
mereka lakukan (tetapi sering dibantah oleh
banyak pelatih Aikido yang merasa sudah
ahli), yaitu ketika kami saling berdiskusi
dengan mulut dan tindakan nyata.
Inilah keuntungan saya jika bersifat
terbuka dan jujur, tanpa ingin jadi jagoan.
Teman bertambah, ilmupun terasah lebih
baik.
(Prawira, Surabaya, Juni 16, 2017.)
FACE BOOK AIKIDO SURABAYA:
Surabaya Aiki-do
(Komunitas Aikido Surabaya)
3 pelatih Aikido asing (manca negara)
yang datang bersamaan.
(Mungkin mereka sudah saling kontak
lebih dulu karena mereka saling kenal
meskipun mereka dari negara yang
berbeda, yaitu Jepang, Amerika, dan
Perancis.)
Mereka datang karena tahu (bukan hanya
dengar) bahwa saya pernah mendapat
petunjuk langsung dari O Sensei Ueshiba
Morihei dan saya berwawasan Aikido luas
(karena saya memahami beberapa aliran
Aikido masa kini juga).
Mereka bertanya:
1. Aikido mana yang terbaik?
2. Bagaimana cara saya belajar Aikido
setelah mendapat petunjuk dari O Sensei?
JAWAB saya:
1. Aikido masa kini dapat dikata baik,
dapat pula dikata kurang baik. Tergantung
orang belajar Aikido untuk apa dan
organisasi Aikido tersebut menjanjikan /
mempromosikan apa dan dapat tidak
mereka memenuhi janji promosi Aikido
mereka.
Sebab ada organisasi yang menyebut
cara mereka asli dan sangat efektif untuk
beladiri, bahkan untuk anak kecil.
Sedangkan para pelatih senior mereka
tidak dapat melakukan gerak dengan baik
dan rasional, apalagi yang sesuai dengan
ajaran O Sensei.
SELA MEREKA:
Ya, kami tahu hal itu. Karena itu kami ke
sini karena sensei (maksud mereka: saya)
tidak berkata atau berpromosi macam-
macam.
2. Setelah mendapat petunjuk O Sensei,
saya mendalami kembali segala aktivitas
saya, termasuk olahraga dan seni beladiri
yang pernah saya pelajari, yaitu kungfu,
tinju, dan pencak, termasuk pengalaman
tarung di ketiga ilmu itu.
Jadi saya belajar tanpa memakai waza
Aikido, apalagi kata O Sensei, orang yang
paham AIKI no DO (the way of AIKI)
tidak perlu belajar waza yang baku atau
hafalan.
Belajar AIKI harus dapat bertindak
seperlunya, sesuai dengan kebutuhan,
dan juga kondisi plus situasi yang ada.
Setelah mencermati ajaran AIKI dari
O Sensei dan pengalaman tarung saya,
saya pikir perkataan O Sensei bahwa
orang yang dibutakan oleh kebagusan
waza, tidak akan mengenal aneka
manfaat AIKI adalah benar.
Karena itu saya, setelah keluar dari segala
ikatan, saya lebih mengajarkan AIKI DO
atau The Way of AIKI sebagai
SHIN-SHIN UNDO (mind and
body sport / exercises).
Mereka bertanya:
Mengapa UNDO tidak BUDO? Mengapa
pilih nama SHINSHIN UNDO?
Jawab saya:
1. Saya bukan ahli BU, jadi sebaiknya
saya mengajar UNDO.
2. Saya kuatir jika fokus pada BU, saya
tidak akan paham manfaat-manfaat lain
dari AIKI.
3. AIKI dan UNDO menurut saya lebih
berguna daripada BUDO dalam
kehidupan jaman sekarang.
4. Dengan UNDO, seseorang juga dapat
melakukan BU (menghentikan / mengatasi
serangan) tanpa proses belajar atau latihan
yang diselimuti pikIran dan cara-cara negatif
yang mengandung tindak kekerasan.
Jadi, tidak seperti dalam AIKIDO, dimana
katame waza baru dipuji pelatih jika lawan
tepuk-tepuk kesakitan atau nage waza
(misalkan: koshi nage) baru dipuji jika
lawan terbanting keras. Meskipun WAZA
AIKIDO dipromosikan sebagai ilmu / teknik
yang lembut, ilmu kasih sayang, atau
lainnya.
Mengenai nama, SHINSHIN UNDO
bukan nama, tetapi jenis latihan yang
saya ajarkan.
Saya lebih suka belajar dan latihan
bersama untuk meraih mutu dan manfaat
latihan atau olahraga yang positif melalui
pemahaman rasional dan ilmiah empat
macam pertanyaan WHAT WHY HOW
WHEN daripada membuat nama atau
organisasi besar tertentu seperti dulu, yaitu
INDONESIA AIKIKAI (1975) - ketika mulai
diminta Hombu-cho, lalu Doshu untuk
merintis Aikido di Indonesia dan diberi tugas
sebagai Representative Aikido World
Headquarters.
Setelah itu, saya diminta mencermati
waza mereka, dan memberi komentar
secara jujur.
Mereka dari aliran Aikido yang berbeda.
Selain itu, pelatih asal Jepang sejak kecil
latihan Kenjutsu dan Kendo. Pelatih asal
Amerika pernah belajar Mix Martial Arts.
Dan pelatih asal Perancis pandai SAVATE.
Gerak serangan mereka cepat dan kuat.
Serangan mereka tidak pakai cara-cara
Aikido.
Reaksi mereka memakai waza dari aneka
macam aliran Aikido.
Ternyata, yang terjadi saat itu, saya bukan
hanya mengajari mereka (para pelatih
Aikido DAN 5) tentang AIKI dan
cara mengkaji ulang gerak dan resiko WAZA
yang dapat diduga lebih dulu,
saya juga belajar lebih banyak tentang
sebab-sebab resiko WAZA saat dipakai
sebagai SHIN BU (Real BU) seperti yang
mereka lakukan (tetapi sering dibantah oleh
banyak pelatih Aikido yang merasa sudah
ahli), yaitu ketika kami saling berdiskusi
dengan mulut dan tindakan nyata.
Inilah keuntungan saya jika bersifat
terbuka dan jujur, tanpa ingin jadi jagoan.
Teman bertambah, ilmupun terasah lebih
baik.
(Prawira, Surabaya, Juni 16, 2017.)
FACE BOOK AIKIDO SURABAYA:
Surabaya Aiki-do
(Komunitas Aikido Surabaya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar