Jumat, 16 Juni 2017

Manfaat kunjungan tamu minggu lalu

MENGAJARI sambil 
BELAJAR!

Minggu lalu saya mendapat kunjungan 
3 pelatih Aikido asing (manca negara) 
yang datang bersamaan.
(Mungkin mereka sudah saling kontak 

lebih dulu karena mereka saling kenal 
meskipun mereka dari negara yang 
berbeda, yaitu Jepang, Amerika, dan 
Perancis.)
Mereka datang karena tahu (bukan hanya 
dengar) bahwa saya pernah mendapat 
petunjuk langsung dari O Sensei Ueshiba 
Morihei dan saya berwawasan Aikido luas 
(karena saya memahami beberapa aliran 
Aikido masa kini juga).

Mereka bertanya:
1. Aikido mana yang terbaik?
2. Bagaimana cara saya belajar Aikido 

setelah mendapat petunjuk dari O Sensei?

JAWAB saya:
1. Aikido masa kini dapat dikata baik, 

dapat pula dikata kurang baik. Tergantung 
orang belajar Aikido untuk apa dan 
organisasi Aikido tersebut menjanjikan / 
mempromosikan apa dan dapat tidak 
mereka memenuhi janji promosi Aikido 
mereka.
Sebab ada organisasi yang menyebut 

cara mereka asli dan sangat efektif untuk 
beladiri, bahkan untuk anak kecil. 
Sedangkan para pelatih senior mereka 
tidak dapat melakukan gerak dengan baik 
dan rasional, apalagi yang sesuai dengan 
ajaran O Sensei.

SELA MEREKA:
Ya, kami tahu hal itu. Karena itu kami ke 

sini karena sensei (maksud mereka: saya) 
tidak berkata atau berpromosi macam-
macam.

2. Setelah mendapat petunjuk O Sensei, 
saya mendalami kembali segala aktivitas 
saya, termasuk olahraga dan seni beladiri 
yang pernah saya pelajari, yaitu kungfu, 
tinju, dan pencak, termasuk pengalaman 
tarung di ketiga ilmu itu.
Jadi saya belajar tanpa memakai waza 
Aikido, apalagi kata O Sensei, orang yang 
paham AIKI no DO (the way of AIKI) 
tidak perlu belajar waza yang baku atau 
hafalan.
Belajar AIKI harus dapat bertindak 
seperlunya, sesuai dengan kebutuhan, 
dan juga kondisi plus situasi yang ada.

Setelah mencermati ajaran AIKI dari 
O Sensei dan pengalaman tarung saya, 
saya pikir perkataan O Sensei bahwa 
orang yang dibutakan oleh kebagusan 
waza, tidak akan mengenal aneka 
manfaat AIKI adalah benar.

Karena itu saya, setelah keluar dari segala 
ikatan, saya lebih mengajarkan AIKI DO
atau The Way of AIKI sebagai 
SHIN-SHIN UNDO (mind and 
body sport / exercises).

Mereka bertanya:
Mengapa UNDO tidak BUDO? Mengapa 

pilih nama SHINSHIN UNDO?

Jawab saya:
1. Saya bukan ahli BU, jadi sebaiknya 

saya mengajar UNDO.
2. Saya kuatir jika fokus pada BU, saya 

tidak akan paham manfaat-manfaat lain 
dari AIKI.
3. AIKI dan UNDO menurut saya lebih 

berguna daripada BUDO dalam 
kehidupan jaman sekarang.
4. Dengan UNDO, seseorang juga dapat 

melakukan BU (menghentikan / mengatasi 
serangan) tanpa proses belajar atau latihan 
yang diselimuti pikIran dan cara-cara negatif 
yang mengandung tindak kekerasan.
Jadi, tidak seperti dalam AIKIDO, dimana 

katame waza baru dipuji pelatih jika lawan 
tepuk-tepuk kesakitan atau nage waza 
(misalkan: koshi nage) baru dipuji jika 
lawan terbanting keras. Meskipun WAZA 
AIKIDO dipromosikan sebagai ilmu / teknik 
yang lembut, ilmu kasih sayang, atau 
lainnya.
Mengenai nama, SHINSHIN UNDO 

bukan nama, tetapi jenis latihan yang 
saya ajarkan. 
Saya lebih suka belajar dan latihan 
bersama untuk meraih mutu dan manfaat 
latihan atau olahraga yang positif melalui 
pemahaman rasional dan ilmiah empat 
macam pertanyaan WHAT WHY HOW 
WHEN daripada membuat nama atau 
organisasi besar tertentu seperti dulu, yaitu
INDONESIA AIKIKAI (1975) - ketika mulai 
diminta Hombu-cho, lalu Doshu untuk  
merintis Aikido di Indonesia dan diberi tugas 
sebagai Representative Aikido World 
Headquarters.

Setelah itu, saya diminta mencermati 
waza mereka, dan memberi komentar 
secara jujur.
Mereka dari aliran Aikido yang berbeda. 
Selain itu, pelatih asal Jepang sejak kecil 
latihan Kenjutsu dan Kendo. Pelatih asal 
Amerika pernah belajar Mix Martial Arts. 
Dan pelatih asal Perancis pandai SAVATE.
Gerak serangan mereka cepat dan kuat. 
Serangan mereka tidak pakai cara-cara 
Aikido.
Reaksi mereka memakai waza dari aneka 

macam aliran Aikido. 

Ternyata, yang terjadi saat itu, saya bukan 
hanya mengajari mereka (para pelatih 
Aikido DAN 5) tentang AIKI dan 
cara mengkaji ulang gerak dan resiko WAZA 
yang dapat diduga lebih dulu,  
saya juga belajar lebih banyak tentang 
sebab-sebab resiko WAZA saat dipakai 
sebagai SHIN BU (Real BU) seperti yang 
mereka lakukan (tetapi sering dibantah oleh 
banyak pelatih Aikido yang merasa sudah 
ahli), yaitu ketika kami saling berdiskusi 
dengan mulut dan tindakan nyata.

Inilah keuntungan saya jika bersifat 
terbuka dan jujur, tanpa ingin jadi jagoan. 
Teman bertambah, ilmupun terasah lebih 
baik.
(Prawira, Surabaya, Juni 16, 2017.)



FACE BOOK AIKIDO SURABAYA:

Surabaya Aiki-do  
(Komunitas Aikido Surabaya)  

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar